Notification

×

Iklan

Iklan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Gak Harus Viral untuk Keren: Menjadi Anak Muda yang Memiliki Arah

| Minggu, Agustus 10, 2025 WIB
Gambar : Ani Raflin, Anggota Himpass


Himpass.com, SumenepDi era disrupsi informasi seperti saat ini, eksistensi anak muda kerap diukur dari parameter digital: jumlah likes, followers, dan seberapa sering konten mereka masuk trending. Algoritma media sosial membentuk ilusi bahwa popularitas adalah indikator utama kesuksesan. Namun, realitasnya tidak sesederhana itu. Menjadi keren tidaklah identik dengan menjadi viral. Lebih dari itu, esensi “keren” sesungguhnya terletak pada arah yang jelas dan tujuan hidup yang bermakna.


1. Jangan Takut Berbeda
Konformitas sosial sering kali membuat anak muda kehilangan identitas autentiknya. Padahal, self-awareness dan keberanian untuk tampil berbeda adalah modal awal dalam pembentukan visi hidup. Memiliki preferensi unik—entah itu membaca literatur klasik di tengah gempuran konten hiburan cepat, atau menghabiskan waktu berkarya di kamar daripada mengikuti tren nongkrong—adalah bentuk resistensi positif terhadap tekanan homogenisasi gaya hidup. Banyak tokoh sukses memulai langkahnya justru karena menolak menyeragamkan diri.


2. Fokus pada Proses, Bukan Popularitas
Fenomena “serba instan” yang dihasilkan oleh budaya viral sering kali menipu persepsi publik. Sukses jarang datang tanpa investasi waktu, dedikasi, dan kegagalan yang membentuk mental tangguh. Lihatlah para musisi independen atau pelaku UMKM yang kini dikenal luas; mayoritas dari mereka berangkat dari nol, mengasah keterampilan secara konsisten hingga akhirnya mendapat pengakuan. Dengan kata lain, popularitas hanyalah efek samping dari kerja keras yang berkelanjutan.


3. Ngonten Boleh, tapi Kembangkan Diri di Dunia Nyata
Produksi konten kreatif memang dapat menjadi medium aktualisasi diri sekaligus sumber penghasilan. Namun, keterampilan dunia nyata (real-life skills) seperti kemampuan berjejaring, kepemimpinan, atau keahlian teknis tidak kalah penting. Mengikuti komunitas, pelatihan, atau mengambil pekerjaan lepas (freelance) adalah langkah strategis untuk memperluas kompetensi. Minat pribadi dapat ditransformasikan menjadi peluang ekonomi, asalkan dikelola dengan visi yang matang.


4. Jaga Mental, Jaga Diri
Tekanan perbandingan sosial (social comparison pressure) di media digital sering kali menimbulkan stres, kecemasan, dan krisis kepercayaan diri. Perlu diingat, media sosial hanya menampilkan potongan terbaik (highlight reel) dari kehidupan seseorang, bukan keseluruhan realitasnya. Mengambil jeda digital (digital detox), menulis jurnal reflektif, atau berbagi cerita dengan orang yang dipercaya adalah strategi yang efektif untuk menjaga kesehatan mental.


5. Menjadi Anak Muda yang Punya Tujuan
Definisi keren bukanlah seberapa cepat kita dikenal, melainkan seberapa kuat kita memahami arah dan alasan dalam setiap langkah hidup. Pertanyaan mendasar seperti “Apa tujuan saya belajar?”, “Mengapa saya bekerja?”, dan “Untuk apa saya hidup?” menjadi kompas moral dan intelektual yang akan memandu perjalanan panjang kita.


Menjadi muda memang penuh tantangan, tetapi juga merupakan fase paling potensial untuk membentuk arah hidup. Kita tidak harus selalu menjadi “yang paling viral”. Jadilah versi terbaik dari diri sendiri, jalani proses dengan konsistensi, dan percayalah: anak muda yang memiliki arah akan sampai pada tujuannya, meskipun tidak dalam sorotan trending topic.



Penulis : Ani Raflin

Editing : Fauzi

×
Berita Terbaru Update