![]() | |
|
Himpass.com, Sumenep - Tradisi-tradisi lokal di Kepulauan Sapeken, Kabupaten Sumenep, kini menghadapi ancaman serius. Warisan budaya seperti upacara adat laut Tandu' Lepa, permainan rakyat, syair-syair lisan, hingga tarian tradisional perlahan menghilang dari kehidupan masyarakat. Sayangnya, perhatian dari pemerintah daerah dianggap sangat terbatas, bahkan nyaris tidak ada.
Selama ini, musik tong-tong yang berasal dari wilayah daratan lebih sering ditampilkan dalam berbagai acara resmi dan festival budaya, seolah menjadi satu-satunya identitas budaya Sumenep. Tradisi-tradisi dari wilayah kepulauan seperti Sapeken, justru tidak terdengar gaungnya.
“Kepulauan ini punya kekayaan budaya sendiri, tapi seperti tidak dianggap. Tradisi yang pernah hidup di masyarakat kami satu per satu hilang, karena tidak ada pelestarian. Pemerintah diam saja—pura-pura tidak tahu, atau memang tidak mau tahu,” tegas Hulil, aktivis kepulauan yang selama ini aktif memperjuangkan isu budaya di wilayah pesisir.
Menurutnya, ketimpangan perhatian antara daratan dan kepulauan telah berlangsung terlalu lama. Tradisi masyarakat kepulauan bukan hanya berbeda, tapi juga rentan punah tanpa intervensi nyata dari pemerintah.
“Yang sering diangkat cuma tong-tong. Sementara budaya kami yang hidup di tengah laut, yang diwariskan secara turun-temurun, tidak pernah disentuh. Ini diskriminatif secara budaya,” lanjut Hulil.
Ia mendesak agar pemerintah Kabupaten Sumenep dan dinas terkait segera melakukan pendataan menyeluruh terhadap tradisi kepulauan, serta melibatkan masyarakat lokal dalam program pelestarian. Dokumentasi, riset, dan penyelenggaraan festival budaya yang lebih inklusif dan adil dinilai penting untuk menyelamatkan warisan budaya yang tersisa.
Sapeken bukan hanya titik di peta. Ia adalah denyut budaya yang kini perlahan sekarat. Dan sejarah akan mencatat siapa yang membiarkannya mati.
Penulis : Hulil
Editing : Fauzi