Notification

×

Iklan

Iklan

Dari Buku ke Kehidupan: Menemukan Makna Lewat Filsafat dan Teknologi

| Minggu, Januari 05, 2025 WIB

Foto : Bagus R, Pengurus Himpass Periode 2024 - 2025
Himpassnews.com/Opini/Sumenep - Halo, saya Bagus R., mahasiswa program studi Teknik Informatika di Universitas Bahaudin Madura (Uniba Madura). Saya merupakan anggota aktif HIMPASS, sebuah organisasi yang berfokus pada pengembangan intelektual dan kajian multidisipliner.

Kegemaran saya dalam berdiskusi dan berkolaborasi dengan senior seperti Hulil, Ari Sandi, dan Andik Papa B membuka wawasan baru. Dari mereka, saya memahami bahwa esensi pengetahuan tidak hanya terletak pada teks akademik, tetapi pada proses analisis dan aplikasinya dalam konteks kehidupan nyata. Setiap diskusi adalah medium untuk mengasah keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan kapasitas problem-solving, dua aspek fundamental dalam bidang teknologi dan rekayasa informatika.

Suatu hari, saya bertanya kepada senior saya, Hulil, tentang buku apa yang sebaiknya saya baca. Dengan singkat, beliau menjawab, "Baca saja semua buku, apa pun itu." Jawaban itu awalnya membingungkan, tapi semakin saya pikirkan, semakin saya menyadari maknanya. Setiap buku, tanpa memandang jenisnya, memiliki nilai dan bisa membuka wawasan, tergantung cara kita memaknainya.

Dari situ, saya mulai tertarik pada filsafat. Rasa ingin tahu ini membawa saya menyelesaikan empat buku filsafat, yang perlahan memperluas cara pandang saya terhadap dunia. Buku-buku itu bukan sekadar bacaan, tapi jendela yang mengantarkan saya pada refleksi dan pemahaman baru.

Setelah membaca dan merenungkan berbagai buku, saya merangkai sebuah pemikiran sederhana namun penuh makna. Kata-kata ini lahir dari refleksi tentang kehidupan dan impian:

"Orang cerdas bermimpi sesuai logika – hanya yang terlihat mungkin dicapai.
Orang yang dianggap bodoh tidak peduli pada logika. Yang penting, ia berani bermimpi besar, bahkan yang tampak mustahil bagi orang lain."

#Fakir Qabl 'An Tafeal#

Mimpi besar sering kali tak lahir dari hitungan logis, melainkan dari keberanian melampaui batas pikiran.

Kutipan ini lahir karena saya menyadari bahwa dunia sering menilai mimpi berdasarkan logika. Padahal, mimpi besar justru muncul dari keberanian melampaui batas logika.

Ketika saya menunjukkan kata-kata ini kepada senior Hulil, beliau berkata santai, "Gak papa, kalau sudah malas berpikir, itu sudah cukup." Jawaban itu membuat saya sadar – kadang, keberanian bermimpi jauh lebih berarti daripada sekadar berpikir logis.

Mimpi besar tidak selalu lahir dari perhitungan akal, tapi dari keyakinan dan keberanian melangkah tanpa batas.

"Kutipan ini berfungsi sebagai pengingat baik bagi diri saya sendiri maupun bagi siapa pun yang membacanya. Kehidupan tidak hanya terbatas pada apa yang tampak di permukaan, tetapi lebih pada kemampuan kita untuk mengatasi ketidakpastian, berani melangkah keluar dari zona nyaman, bermimpi besar, dan menjelajahi kemungkinan yang tampaknya mustahil.

Dalam konteks ini, potensi manusia bukanlah sesuatu yang bersifat statis, melainkan dinamis dan terbuka untuk berkembang melalui upaya sadar dan tindakan yang terencana. Saya meyakini bahwa setiap individu membawa dalam dirinya kapasitas yang luar biasa, yang hanya akan terwujud jika diberdayakan oleh keberanian untuk menghadapi tantangan dan tekad untuk mewujudkan impian tersebut."


Penulis : Bagus R

Editing : Fauzi

×
Berita Terbaru Update