Himpass.com, Sumenep - Sebagai seorang anak perempuan dari wilayah kepulauan yang mendapat dukungan penuh dalam pendidikan oleh orang tua, saya merasa sangat beruntung dan bersyukur telah diberi kepercayaan untuk melangkah lebih jauh, menembus batas geografis dan sosial yang kerap membelenggu mimpi anak-anak dari daerah terpencil.
Keputusan besar untuk merantau ke Kota Paiton, Probolinggo, setelah lulus dari sekolah dasar, bukan sekadar langkah pendidikan, melainkan transformasi hidup.
Awalnya, saya dihantui rasa minder; bertemu dengan teman-teman dari lingkungan perkotaan yang begitu fasih dengan teknologi dan memiliki akses luas terhadap informasi membuat saya merasa tertinggal—mereka sudah akrab dengan komputer dan laptop, sementara saya masih berusaha memahami dasar-dasarnya. Namun, dari keterbatasan itulah saya menemukan kobaran semangat untuk bangkit.
Saya menantang diri untuk belajar lebih keras, aktif mengikuti kegiatan sekolah, dan terus mengasah potensi. Momen tak terlupakan adalah ketika saya memenangkan lomba dalam ajang Class Meeting tahun 2021—sebuah pencapaian yang mengukuhkan keyakinan bahwa saya mampu bersaing dan berdiri sejajar dengan mereka yang dulu saya pandang lebih maju.
Sejak saat itu, saya mengubah cara pandang saya secara radikal: menjadi anak pulau bukanlah kelemahan, melainkan identitas penuh daya juang yang membentuk mental baja. Keterbatasan bukan alasan untuk menyerah, tetapi bahan bakar untuk melesat lebih tinggi.
Saya ingin membuktikan bahwa dari pelosok pun, mimpi besar bisa lahir—dan bisa diwujudkan, sejauh mana keberanian dan tekad kita melangkah.
Sejak momen itu, kepercayaan diri saya mulai tumbuh secara signifikan. Dulu saya dikenal sebagai pribadi yang pemalu dan enggan tampil di hadapan banyak orang.
Namun, titik balik terjadi ketika saya memberanikan diri untuk tampil di ruang publik dengan mewakili pondok pesantren dalam ajang Lomba Syarhil Qur’an tingkat Provinsi Jawa Timur.
Kala itu, saya menjadi peserta termuda—sebuah pengalaman yang tidak hanya membanggakan, tetapi juga memperkuat karakter dan mentalitas saya sebagai pelajar. Saya merasa bangga atas pencapaian tersebut, karena telah berhasil melampaui berbagai keterbatasan personal dan mengembangkan kapasitas diri secara progresif dalam ranah pendidikan selama masa sekolah menengah.
Oleh karena itu, kepada generasi muda di kepulauan yang memiliki cita-cita besar dan impian menembus batas cakrawala: yakinkanlah kedua orang tua kalian bahwa kita mampu menempuh pendidikan yang berkualitas di luar sana.
Dunia luar menyediakan fasilitas dan ekosistem pembelajaran yang mendukung pengembangan potensi diri. Kita memiliki kesempatan untuk melakukan self-upgrade, menggali potensi terpendam, dan mengasah bakat yang selama ini tertimbun oleh keterbatasan akses informasi dan sarana.
Secara khusus, kepada para perempuan yang tengah memperjuangkan restu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi: percayalah bahwa perjuangan kalian bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masa depan keluarga, komunitas, dan bangsa. Jangan menyerah. Restu itu bisa diperjuangkan dengan pendekatan yang persuasif dan komunikasi yang konstruktif.
Saya telah menyaksikan sendiri—dan turut merasakan—bagaimana banyak remaja sebaya saya di kepulauan hanya berdiam diri, terkungkung oleh keterbatasan dan tidak mendapat izin dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan. Padahal, sebagaimana saya sampaikan dalam podcast di RRI Pro 2 Sumenep, kendala biaya kuliah kini bukan lagi tembok penghalang. Saat ini, berbagai perguruan tinggi telah menyediakan beragam skema beasiswa—baik berbasis prestasi akademik, ekonomi, maupun bakat. Yang terpenting adalah kemauan dari diri sendiri dan dukungan dari keluarga.
Ingatlah petuah dari Nelson Mandela yang sangat relevan hingga hari ini:
"If you educate a man, you educate an individual. If you educate a woman, you educate a family. If you educate a girl, you educate a nation."
"Jika kamu mendidik seorang laki-laki, kamu mendidik satu individu. Jika kamu mendidik seorang perempuan, kamu mendidik satu keluarga. Jika kamu mendidik seorang gadis, kamu membangun sebuah bangsa."
Ungkapan ini menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya memberikan manfaat personal, tetapi juga membawa dampak sistemik—meluas hingga ke jantung masyarakat. Terutama pendidikan bagi perempuan, yang secara empiris telah terbukti memiliki efek multiplikatif terhadap kesejahteraan keluarga dan pembangunan sosial.
Jangan pernah remehkan kekuatan ilmu dan pendidikan. Karena dari sanalah lahir generasi pencipta perubahan.
Penulis : Ani Raflim
Editing : Fauzi